Cita-cita dan Realita

Waktu saya TK, saya masih ingat ditanya cita-citanya apa. Jawaban saya adalah mau jadi pilot. Entah kenapa saya jawabnya pilot, mungkin karena dikasih tahu orang tua bahwa tugas pilot itu menerbangkan pesawat dan that’s it. Anak TK belum banyak ngerti ini itu jadi ketika denger buzzword (which is “pilot”), langsung dianggapnya keren. Waktu SD, cita-cita saya berubah karena “bisikan” dari orang-orang, yang tadinya mau jadi pilot berubah mau jadi guru karena teman-teman sekelas “pada mau jadi guru SD.”  Sejak SD, saya sudah senang menggambar dan bisa dibilang jago gambar. Sampai saya sempat didaftarin ke les menggambar sama ayah. Les gambar itu setiap hari Sabtu sore jam 2. Guru lukisnya adalah temen guru bahasa Indonesia dan wali kelas saya waktu kelas 5. Sejak saat itu, cita-cita saya ingin jadi pelukis seperti Affandi dan Jack Dawson (referensi pop culture-nya bener-bener ya).

Guru les melukis saya suatu hari membahas tema lukisan yang saya buat. Beliau bilang saya kurang mahir menggambar animate objects kayak manusia atau hewan, tapi untuk still life dan bangunan sih bagus. Dia sempat bawa satu lukisan saya, dibuat pakai pastel, yang menampilkan menara apartemen dan halamannya. Dia bilang saya ada “bakat” kayaknya buat bikin desain bangunan. Waktu saya cek lagi kanvas-kanvas lukis, ternyata cukup banyak lukisan saya yang menampilkan interior bangunan, terutama yang bergaya klasik. Akhirnya, cita-cita saya berubah lagi. Saya mau jadi arsitek slash desainer interior. Keinginan saya untuk jadi arsitek dan desainer interior ini semakin kuat dengan “bakat” saya dalam bikin rumah di The Sims. Nanti saya bakalan ceritakan lebih lanjut tentang skill yang satu ini.

Waktu SD, saya juga sudah sering main piano. Awalnya, main piano ini saya jadikan sebagai hobi aja buat hiburan alternatif biar nggak main komputer atau nintendo terus. Waktu kelas 3, sebetulnya saya sudah diperkenalkan ke Beethoven, Mozart, dan Bach. Hanya saja, waktu itu saya main piano kebanyakan lagu-lagu pop dan belum didaftarkan les piano klasik. Walhasil, saya nggak pernah main karya klasik. But everything changed when I heard Maksim for the first time when I was in the 6th grade. Ever since that moment, I told myself that I wanted to be a pianist in the future. 

giphy

Cita-cita saya berubah lagi, dari yang tadinya arsitek jadi pianis. Tapi sepertinya pas SMP, saya semacam ingin jadi arsitek dan pianis sekaligus. Lebih tepatnya mungkin arsitek yang bisa main piano. Semacam itu lah. Bayangan saya adalah saya bisa desain rumah sendiri, dan bikin satu ruangan khusus buat naro piano, dengan view ke taman, kolam ikan, kolam renang, atau apa lah yang bagus view-nya.

hqdefault

Ini Baekhyun ya, bukan gue.

Sampai sini, saya bisa bilang bahwa cita-cita jadi arsitek dan pianis ini cukup fixed dan nggak berubah dalam waktu yang cukup lama. Waktu SMP, nilai mata pelajaran sains saya cukup bagus. Matematika juga bagus. Musik juga bagus. Berdasarkan nilai-nilai itu, saya rasa saya bisa lah jadi arsitek dan pianis sekaligus. Bayangan saya adalah kuliahnya jurusan arsitektur, kursusnya kelas piano klasik. Sebetulnya waktu SMP, saya juga menunjukkan ketertarikan di bidang bahasa. Bisa dibilang kayaknya nilai UN saya yang paling tinggi itu UN bahasa Inggris sama bahasa Indonesia.

Sekali lagi, semuanya berubah saat negara api menyerang.

Kidding. My life changed when I was in high school.

ofzw

SMA adalah momen di mana hidup saya mengalami perubahan yang cukup signifikan, dari mulai aspek kecerdasan (serius loh) sampai sosial. Kelas 2 semester 2 jadi puncak-puncaknya perubahan besar dalam hidup. Saya semacam musuhan sama sahabat-sahabat dekat, saya nutup diri di keluarga, nutup diri dari orang lain juga, nggak mau sekolah, mencari pelarian, dan segala macem. Hal ini juga berimbas sama cita-cita saya. Lha wong sekolah aja sering mabal. 학교 땡땡이 많이 쳤다 진짜로. Jangankan mikirin PR atau pelajaran, mikirin hidup aja udah pusing. Dalam kegalauan itu, saya menemukan kedamaian dalam musik. Akhirnya, musik jadi salah satu pelarian saya dan di situ, cita-cita saya jadi arsitek seolah hilang, tergantikan oleh musik. Saya tetap ingin jadi pianis sih, cuman karena pengaruh teman-teman di kelas musik, saya kepikiran ingin jadi pianis buat band.

Kehidupan saya mulai stabil pas naik ke kelas 3. Meskipun udah stabil, saya sadar bahwa nilai-nilai pelajaran sains saya anjlok dan saya nggak merasakan lagi keseruan di bidang itu. Hitung-hitungan jadi tambah susah dan memabukkan. Saya lebih suka seni dan bahasa. Ya, bahasa. Akhirnya, pada masa ini saya merasa bahwa masa depan saya would have something to do with languanges. Setelah ujian akhir dan waktu daftar universitas, saya pilih jurusan musik sebagai pilihan utama, diikuti oleh bahasa. Karena saya coba daftar melalui jalur prestasi, saya dapat 2 pilihan kampus, masing-masing 3 jurusan. Intinya, saya ada 6 pilihan jurusan. Masih ingat saya pilihannya apa aja.

  • Universitas Pendidikan Indonesia
  1. Pendidikan Seni Musik
  2. Bahasa & Sastra Inggris
  3. Pendidikan Bahasa Inggris
  • Universitas Padjadjaran
  1. Sastra Inggris
  2. Sastra Perancis
  3. Sastra Rusia

Opsi yang warna biru itu yang saya impikan, tapi opsi yang warna oranye itu takdirnya. Saya keterima di jurusan bahasa dan sastra Inggris di pilihan universitas pertama. Awalnya saya kesal banget dan sempat ingin ikut tes lagi, tapi saya pikir kalo kayak gitu sayang juga sih karena saya udah keterima. Akhirnya, saya coba ikhlas dan menjalani kehidupan perkuliahan sebagai mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Inggris (and I did it!). Nah, tapi pada tahap ini saya masih belum menganggap bahwa hal-hal yang berkaitan dengan bahasa akan jadi cita-cita utama saya. Pokoknya tetep waktu itu saya pikir, lulus kuliah saya harus jadi pianis. Jadi musisi. Titik.

tenor3

Did I mention The Sims earlier? Nah, waktu saya kuliah (sekitar semester 3 sampai 6), saya aktif main The Sims 3. Harddisk jadi penuh karena isinya mods semua. Walaupun gitu, library barang saya jadi besar banget dan saya bisa bangun dan desain rumah dalam bermacam-macam gaya arsitektur.

Skill saya dalam bangun dan desain rumah di The Sims ini ternyata semacam mendapatkan pengakuan dari beberapa orang teman yang sama-sama main The Sims. Beberapa teman minta dibuatkan desain rumah (ada yang bahkan mau dijadikan ide bangun rumah betulan). Saya kadang pinjam laptop teman buat main The Sims, dan hasil akhir rumahnya dibiarkan aja di kota dia. Biar dia tempati dengan keluarga The Sims dia. Hasil karya saya beberapa diunggah ke Facebook. Kalau nggak salah ada satu karya yang cukup bagus, yaitu gedung fakultas. Lumayan mirip kalau dilihat-lihat (subjektif ya ini ceritanya), walaupun tentu saja namanya game kan ada kekurangannya. Tiba-tiba, di sini saya melihat masih ada secercah harapan untuk bisa menjadi desainer interior. Apalagi saya juga sempat beli beberapa buku ide desain interior dan found out bahwa beberapa desainer itu bukan arsitek (ada bahkan desainer yang terjun di dunia ini karena suka doang).

Waktu semester 8, saya pindah haluan penelitian, dari sastra ke penerjemahan. Kebetulan waktu semester 7, saya sudah bekerja sebagai penerjemah untuk sebuah website (dan puji Tuhan sampai sekarang masih). Bisa dibilang perpindahan haluan itu sejalan dengan pekerjaan saya. Di fase ini, keinginan untuk jadi arsitek sudah hilang. Harapan untuk jadi desainer interior pudar lagi, tapi untuk jadi pianis saya masih semangat (saya masih les dan kadang ikut konser). Mendalami dunia translation, saya mulai menemukan sisi altruistic dari pekerjaan saya. Awalnya saya menerjemahkan untuk dapat uang (and that’s fair because I need money), tapi lambat laun saya merasa senang ketika bisa membantu orang lain. Dalam hal ini, saya menjembatani mereka yang nggak bisa bahasa Inggris untuk memahami teks-teks berbahasa Inggris supaya mereka bisa dapatkan informasi. Ada kebahagiaan tersendiri intinya, walaupun ke sininya setelah berkutat di bidang ini, sisi gelapnya juga banyak dan sering bikin ngelus dada.

3zma

Sekarang tibalah waktunya ke pembahasan yang cukup sedih.

GIF dulu ya baru paragraf.

a269dea6e6960fd6d06410d4698d14cb

Di masa-masa terakhir skripsi, I had to give up my piano lesson. Saya terpaksa keluar dari kelas piano karena harus fokus di skripsi dan sejak saat itu, saya nggak pernah belajar piano klasik lagi. Sampai sekarang. Akhirnya di tahun 2016, saya lulus setelah beres skripsi dan kena revisi besar. Saya kembali melanjutkan perjuangan sebagai translator di website itu dan sekarang berarti sudah tiga tahun saya kerja untuk perusahaan itu. Saya juga kerja sebagai content writer untuk satu perusahaan startup di Bandung.

Dunia pekerjaan memang berat. Walaupun saya suka dengan kerjaan saya, kehidupan profesional tidak selalu mulus. Selalu ada ups-and-downs, and that’s normal. Namun, saya sadar bahwa sejak bekerja di tahun 2015 sampai saat ini, saya sudah melepaskan banyak hal yang dulu saya sukai, terutama musik.

Piano sudah jadi bagian dari hidup saya yang sepertinya nggak akan bisa dipisahkan. Instrumennya masih ada sampai saat ini, hanya saja sudah sangat jarang disentuh. Saya main piano sih sesekali kalau jenuh dengan kerjaan atau ada waktu luang, tapi tidak sesering dulu. Bisa dibilang piano jadi lebih debuan. Senar-senar yang putus juga udah satu tahun lebih nggak dibetulkan. Buku-buku partitur musik klasik saya entah ke mana, seperti tercecer atau hilang. Lagu-lagu yang dimainkan seringnya lagu-lagu pop yang lebih ringan, yang lebih menghibur diri, bukan karya-karya klasik yang bisa kasih saya semacam kebanggaan. Saya masih kadang-kadang tampil sama Arief di acara-acara tertentu, walaupun nggak sesering dulu (dan kebetulan Arief juga jadi rekan kerja saya di startup company yang sama).

Pekerjaan saya saat ini bisa dibilang sesuai dengan passion. Dari segi pendapatan juga cukup lah, walaupun tidak besar. Tapi di satu sisi, kadang saya pikir-pikir lagi, apa kabar dengan mimpi-mimpi saya dulu? Apakah mereka benar-benar mati? Kadang saya kangen tampil di atas panggung, mainin karya-karya klasik di grand piano, atau gabung dengan chamber orchestra. Saya juga kangen main keyboard di band dengan teman-teman yang lain. The Sims 3 terpaksa di-uninstall dan saya belum pasang lagi di laptop baru. Saya cuman bisa senyum iri lihat video-video YouTube orang-orang pada bikin desain bangunan ini itu yang super keren, terutama dengan The Sims 4 yang baru. Apakah cita-cita lama saya udah benar-benar mati? Is this the life I really want?

giphy1

Apa yang ada di angan dan terjadi di kenyataan tidak selalu sama. Kadang-kadang berbeda untuk beberapa alasan yang bukan maunya kita juga. Sekarang ini, saya kerja sebagai translator dan content writer karena saya harus menghidupi diri sendiri dulu lewat dua job ini. Bisa kah manggung atau jadi pianis buat dapat duit? Bisa, tapi kondisi atau situasi yang ada saat ini belum memungkinkan saya untuk kerja sebagai pianis.

Saya juga lupa cerita bahwa saya senang tulis cerita-cerita pendek. Saya punya akun Wattpad dan sudah unggah beberapa cerita pendek. Sebetulnya, banyak draf cerita pendek yang ingin saya jadikan semacam omnibus novel, tapi proyek ini harus ditunda dulu karena pekerjaan dan beberapa alasan lainnya. Ada teman sekelas saya waktu kuliah yang sudah luncurkan novel, dan saya iri. Beberapa teman di Facebook juga selalu unggah tulisan-tulisan yang hebat, dan saya juga ingin seperti itu. Apakah saya bisa seperti mereka? Bisa. Nothing is impossible in this world. Hanya saja, sekali lagi, situasi belum memungkinkan untuk saat ini. Saya sering ingin beresin si tulisan itu, si proyek itu, tapi tanggung jawab kerjaan menanti dan saya harus jadi sosok yang bertanggung jawab dengan kerjaan saya.

Mimpi-mimpi kadang nggak selalu jadi kenyataan dan realita sering kali rasanya pahit, tapi setidaknya pernah mencicipi proses menuju realisasi mimpi itu saja jadi semacam kebanggaan dan honour tersendiri buat saya. Mungkin suatu hari, saya beneran bisa jadi pianis konser, gabung sama band dan sukses, atau jadi penulis novel. Namun setidaknya untuk saat ini, masih punya mimpi-mimpi itu dan membayangkannya saja bisa bikin saya tersenyum kecil.

 

3zma

This is what people are talking about. Reality hits really hard.

Cita-cita dan Realita”에 대한 답글 2개

댓글 남기기